Aku tidak tahu seberapa dalam laut, dan apa yang ada didalamnya. Aku
tidak tahu tapi aku menyukainya. Aneh. Apakah setiap menyukai sesuatu
harus dengan alasan? Tidak kan. Sama seperti laut. Aku menyukaimu,
dengan tanpa alasan. Meski dengan tanpa aku bisa mengerti apa jalan
pikiranmu , dan apa isi hatimu.
Begitu aku menyukai laut, tapi tidak dengan berenang di laut karena aku tidak bisa berenang.
Laut itu misterius. Ia diam. Tetapi ia bisa menenggelamkan. Lalu jika
aku menyukainya mengapa aku harus berenang di laut dengan resiko
tenggelam? Bahkan dengan melihatnya saja itu sudah cukup membuatku
bahagia. Tapi kali ini tidak sama seperti laut. Aku menyukaimu dengan
diam. Tetapi jika menyukaimu penuh dengan resiko, aku akan tetap selalu
menyukaimu.
Tidak lelah untuk berkata aku menyukai laut. Berikut dengan ombaknya.
Ombak tidak pernah lelah untuk bersanding dengan laut. Dia slalu ada
bersama dengan laut. Bahkan irama ombak sangat menenangkan! Tetapi ia
tidak pernah lelah. Sama seperti ombak. Sejauh apapun kamu pergi,
ingatlah bahwa ada aku tempat untuk kembali bila engkau lelah mengitari bumi.
Lelah? Hey.. aku tidak sekuat ombak yang selalu tidak pernah merasa lelah. Tapi percayalah, aku akan berusaha, melepaskan semua beban dan mengurangi masalah yang ada dalam dirimu layaknya saat kamu bertemu dengan laut.
Semua jawaban yang aku tanyakan bersama laut kepada Tuhan akan aku terima jawabannya dengan lapang dada tanpa harus ada penyesalan, layaknya laut yang mengajak pasir untuk meranggas dan mengais tetap berada pada posisi yang sebenarnya.
Lelah? Hey.. aku tidak sekuat ombak yang selalu tidak pernah merasa lelah. Tapi percayalah, aku akan berusaha, melepaskan semua beban dan mengurangi masalah yang ada dalam dirimu layaknya saat kamu bertemu dengan laut.
Semua jawaban yang aku tanyakan bersama laut kepada Tuhan akan aku terima jawabannya dengan lapang dada tanpa harus ada penyesalan, layaknya laut yang mengajak pasir untuk meranggas dan mengais tetap berada pada posisi yang sebenarnya.
Ketika aku memandang laut terkadang menjadi bahan olokan bahwa aku
sedang menunggu,
Entahlah sampai kapan.. mungkin sampai batu menjadi kerikil dan akhrinya menjadi pasir
Entahlah sampai kapan.. mungkin sampai batu menjadi kerikil dan akhrinya menjadi pasir
No comments:
Post a Comment