Bagi para guru-guru, mahasiswa yang butuh media pembelejaran fisika sederhana bisa menyimak postingan saya kali ini..
-->
miniatur pompa hidrolik dapat menerangkan secara
kualitatif hukum pascal. Alat ini terbuat dari :
1. 2 suntikan, 1 dengan diameter besar dan 1 lagi berdiameter kecil
2.selang kecil
3. air
4. papan
CARA KERJA
1. Dorong suntikan kecil apa yang dirasakan
2. Dorong Suntikan besar apa yang dirasakan,
3. Bandingkan perbedaan jika anda mendorong suntikan besar dengan suntikan kecil
Tidak harus seperti ini yang penting prinsip kerja alat (bisa disesuaikan dengan bahan-bahan yang ada disekitar rumah). Prinsip kerjanya sama saja dengan menekan bell pintu, hanya saja saklar bell dimodifikasi untuk berbunyi saat goyangan unting menyentuh cincin.
Langkah-langkahnya silakan lihat foto2 dan diagram (tutorialnya pake gambar aja yach saya rasa sudah cukup dimengerti) di bawah ini:
2. Membuat Lubang pada Balok peyangga Penusuk dengan diameter 3 cm yang akan ditempatkan didalam menara balok
3.Buat runcing kayu sepanjang 30 cm sebagai penusuk dengan diameter 0,5 cm dan tempel plat seng diujung atas kayu tersebut yang akan dipakai sebagai penyambung sakelar pada saat kayu penusuk melewati balok penyangga
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran Fisika merupakan mata pelajaran yang kurang diminati siswa karena memiliki tingkat kesulitan pemahaman yang tinggi. Padahal Fisika merupakan ilmu dasar yang tidak boleh tidak harus dikuasai, untuk mencegah ketinggalan kita, bangsa Indonesia, di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, Fisika harus ditanamkan secara mendalam kepada seluruh siswa.
Salah satu upaya untuk menumbuh kembangkan minat dan simpati siswa untuk men-cintai Fisika adalah dengan membuat alat peraga / model perangkat teknologi sederhana meng-gunakan konsep Fisika. Dengan alat peraga memungkinkan guru melakukan demontrasi atau peragaan untuk konsep-konsep tertentu dalam pelajaran Fisika. Melalui demontrasi/peragaan dapat lebih memotivasi siswa untuk belajar dan menerapkan keterampilan proses.
1.2. Tujuan Pembuatan Alat Peraga
Tujuan pembuatan model/alat peraga ini adalah :
-menjadikan siswa lebih tertarik dan aktif mengikuti kegiatan pembelajaran
-meningkatkan pemahaman/penguasaan materi dan kemampuan berfikir ilmiah siswa.
-memotivasi siswa agar dapat menerapkan konsep
-memotivasi siswa agar dapat merancang sejumlah model alternatif, membuat dan mengerjakan model, menguji model dan menyempurnakan model.
1.3. Dasar Penggunaan Media Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar
Menurut hasil penelitian di bidang psikologi belajar seperti yang dilaporkan Direktorat Sarana Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1991) menunjukkan bahwa hasil belajar manusia adalah :
1 % dari indera perasa (testa)
1,5 % dari indera peraba (touch)
3,5 % dari indera pencium (smell)
11 % dari indera pendengar (hearing)
83 % dari indera penglihatan (sight)
Sedangkan kemampuan manusia untuk mengingat adalah :
20 % dari yang dibacanya
30 % dari yang didengarnya
40 % dari yang dilihatnya
50 % dari yang dilihat dan didengarnya
60 % dari yang dikatakannya
90 % dari yang dikatakan dan dikerjakannya
Dari hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa perpaduan aspek verbal dan visual dalam suatu proses belajar mengajar memungkinkan seseorang menunjukkan kemampuan mengingat yang relatif tinggi. Dalam hubungannya dengan usaha peningkatan mutu pendidikan, penggunaan media pendidikan ini tampaknya mutlak dilaksanakan baik oleh guru maupun para pengelola pendidikan lainnya.
Dalam pembuatan model/miniatur untuk suatu proses, mula-mula barangkali sulit, tetapi tantangan menemukan bagaimana melakukan hal itu akan menghasilkan wawasan yang mendalam dan memori jangka panjang. Konfusius berkata : “Saya dengar dan saya lupa. Saya melihat dan saya mengetahui. Saya melakukan dan saya ingat. ”
Semakin banyak siswa dapat melihat, mendengar, mengatakan dan melakukan sesuatu, semakin mudah sesuatu dipelajari.
1.4. Pengertian Media Pendidikan dan Alat Peraga
Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ’tengah’, ’perantara’, atau ’pengantar’. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. AECT (Association of Education and Communication Technology, 1977) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan utnuk menyampaikan pesan atau informasi. Disamping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator menurut Fleming (1987 : 234) adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator, media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar, yaitu siswa dan isi pelajaran. Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran. (Arsyad, 2003 : 3)
Sedangkan Alat Peraga oleh Ditsardik Depdikbud (1980) diartikan sebagai “ Alat yang dapat dipertunjukkan/diragakan dalam KBM dan berfungsi sebagai pembantu untuk memperjelas suatu konsep ide atau pengertian contoh benda.”
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi II, Depdikbud, Balai Pustaka, 1995, mengartikan Model sebagai “barang tiruan yang kecil dengan bentuk (rupa) persis seperti yang ditiru.”
1.5. Fungsi Media
Levie & Lentz mengemukakan empat fungsi media pengajaran, khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, dan (d) fungsi kompensatoris.
Fungsi atensi media merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk ber-konsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar.
Fungsi kognitif media visual yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
Fungsi kompensatoris media pengajaran memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pengajaran berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal. (Arsyad, 2003 : 16)
1.6. Manfaat Media
Manfaat media menurut Kemp & Dayton, yaitu sebagai berikut :
1.Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau mendengarpenyajian melalui media menerima pesan yang sama.
2.Pengajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian danmembuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan
3.Pembelajaran menjadi lebih interaktif.
4.Lama waktu pengajaran yang diperlukan dapat dipersingkat.
5.Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan.
6.Pengajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau diperlukan.
7.Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.
8.Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif. Beban guru untuk penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi bahkan dihilangkan. (Arsyad, 2003 : 22)
1.7. Kriteria Pemilihan Media
Kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan. Untuk itu ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media, yaitu :
1. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
2. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara afektif, media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa.
3. Praktis, luwes, dan bertahan. Kriteria ini menuntun para guru/instruktur untuk memilih media yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru. Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan dimana pun dan kapan pun dengan peralatan yang tersedia disekitarnya, serta mudah dipindahkan dan dibawa kemana-mana.
4. Guru terampil menggunakannya. Ini merupakan salah satu kriteria utama. Apa pun media itu, guru harus mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran.
5. Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. Ada media yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil, dan perorangan.
6. Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya, visual pada slide harus jelas dan informasi atau pesan yang ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen lain yang berupa latar belakang. (Arsyad, 2003 : 72)
BAB II
PEMBUATAN ALAT
2.1. Pembuatan Alat
Sebagai contoh model/alat peraga teknologi sederhana adalah miniatur PLTA .
Model PLTA ini adalah aplikasi konsep induksi magnetik.
2.2. Alat dan Bahan yang dibutuhkan
-Papan rangkaian
-Kincir kayu dengan karet penghubung
-Model kincir air dengan engkol pemutar
-Bola lampu 2,5 V sebagai indicator
-Model generator listrik
-Model rumah
-Kabel secukupnya
-Pompa air akuarium
2.3. Prosedur Pembuatan
Rangkaian disusun seperti pada gambar di bawah ini :
Keterangan Gambar :
Model kincir dianalogikan sebagai turbin air
Model generator dimanfaatkan untuk membangkitkan arus
Motor listrik dianalogikan sebagai mesin diesel pada PLTD
Bola lampu digunakan sebagai indikator
Dalam pelaksanaannya pembuatan model/alat peraga teknologi sederhana ini diintegrasikan sesuai dengan pokok bahasan yang sedang diberikan.
Model/alat peraga teknologi sederhana yang dibuat di kelas ini hanyalah sebagai contoh aplikasi konsep Fisika yang masih perlu dikembangkan.
Kegiatan siswa diterapkan dengan titik tolak pada bagaimana menyediakan kegiatan pembelajaran dengan memperlakukan siswa sebagai ahli teknologi muda. Karena itu, kegiatan teknologi dicirikan dengan memberi peluang siswa untuk berfikir alternatif sehingga diperoleh temuan aneka solusi, merancang model pemecahan , menyempurnakan model, mengkomunikasikan karya temuan. Untuk keperluan ini, strategi kegiatan pemecahan masalah ditentukan oleh siswa sendiri.
Yang perlu diperhatikan dalam kegiatan ini :
1.Sedapat mungkin model/alat peraga ini di buat oleh siswa secara berkelompok.
2.Agar waktu menjadi efisien, diusahakan kegiatan di kelas hanya merakit alat/bahan yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
3.Sebelum melakukan kegiatan, guru menjelaskan konsep/sub konsep yang diaplikasikan.
4.Selama kegiatan berlangsung , siswa berpedoman kepada petunjuk pembuatan (dapat juga sekaligus melakukan penelitian proses). Sedangkan guru membantu dan membimbing kelompok yang mengalami hambatan serta bertindak sebagai motivator.
5.Setelah selesai merangkai model/alat peraga, tiap kelompok di beri kesempatan untuk mem-perlihatkan unjuk kerja alat/model yang dibuat oleh kelompoknya masing-masing.
6.Pada akhir kegiatan, guru menekankan kembali konsep/sub konsep yang digunakan dalam model/alat peraga.
2.6. Penilaian
Penilaian Fisika dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti tes perbuatan, tes tertulis, penugasan (proyek), portofolio, ataupun hasil kerja (produk). Dengan demikian, lingkup penilaian Fisika dapat dilakukan baik pada hasil belajar (akhir kegiatan) maupun pada proses pembelajaran. Hasil penilaian dapat diwujudkan dalam bentuk nilai dengan ukuran kuantitatif maupun dalam bentuk komentar deskriptif kualitatif
BAB III
KESIMPULAN
Kegiatan Pembuatan Model Pembangkit Listrik Tenaga Air sebagai Alat Peraga dalam Proses Belajar Mengajar Fisika berfungsi untuk :
1.Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah yang diawali dengan kemampuan mengenali masalah dan berlanjut dengan kemampuan berfikir alternatif, menerangkan konsep, merancang model, membuat model, menguji model, dan merencanakan model.
2.Mengembangkan kemampuan siswa berfikir dan bertindak kreatif.
3.Meningkatkan motivasi /gairah belajar siswa dan sifat ingin tahu.
4.Memperjelas informasi dalam proses belajar mengajar
5.Meningkatkan efektivitas penyampaian.
6.Memberi informasi tambahan yaitu melengkapi atau memperkaya informasi yang diberikan guru.
7.Menjadikan pendidikan lebih produktif karena media pengajaran dapat memberikan pengalaman yang tidak dapat diberikan guru dan membuka cakrawala pengetahuan yang lebih luas.
8.Menambah pengertian nyata tentang suatu pengertian atau pengetahuan.
9.Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif siswa.
10.Memungkinkan siswa dapat berinteraksi langsung dengan lingkungannya.
11.Memberi kesan perhatian individu untuk seluruh anggota kelompok belajar.
12.Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan.
13.Menyajikan informasi belajar secara serempak (mengatasi waktu dan ruang)
MERIAM
okee,, ada cinta ada kasih,,
cukup sekian dan terimakasih,,,,, :)
sumber : https://www.google.com/search?q=media+pembelajaran+fisika&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a
‘’ALAT PERAGA
FISIKA SEDERHANA’’
Pembelajaran
yang efektif seyogyanya menggunakan alat peraga. Namun kebanyakan sekolah masih
merasakan akan kurangnya sarana dan prasarana tersebut. Alat Peraga masih cukup
sulit didapatkan. Seandainya ada pun juga belum tentu sesuai dengan pokok
bahasan yang sedang dibahas.
Jalan keluar
yang sangat rasional dan realistis adalah membuat alat peraga sendiri walaupun
itu mungkin sangat sederhana. Dengan membuat alat peraga sederhana guru dapat
lebih tepat dan efektif dalam menggunakannya. Alat Peraga yang dibuat oleh guru
sendiri mempunyai beberapa keuntangan, sebagai berikut:
- Guru dapat menggunakan alat peraga tersebut sesuai dengan yang mereka inginkan, sehingga penggunaan alat peraga lebih pas karena yang menggunakan adalah sipembuatnya sendiri.
- Sekolah tidak akan pernah kekurangan alat peraga karena guru dapat membuat sendiri dengan memanfaatkan lingkungan yang ada di sekitarnya.
MINIATUR POMPA
HIDROLIK
-->
1. 2 suntikan, 1 dengan diameter besar dan 1 lagi berdiameter kecil
2.selang kecil
3. air
4. papan
CARA KERJA
1. Dorong suntikan kecil apa yang dirasakan
2. Dorong Suntikan besar apa yang dirasakan,
3. Bandingkan perbedaan jika anda mendorong suntikan besar dengan suntikan kecil
ALAT DAN BAHAN
1. pipa paralon
2. pipa L
3. shock
4. selang
5. papan
6. fluida( air pada pipa, minyak pada selang)
1. pipa paralon
2. pipa L
3. shock
4. selang
5. papan
6. fluida( air pada pipa, minyak pada selang)
CARA KERJA
1. alirkan air melalui pipa L
2. lihat perbedaan ketinggian minyak pada selang
3. bagaimana tekanan pada pipa besar dan pipa kecil?
4. bagaimana kecepatan alir air pada pipa besar dan kecil menurut persamaan kontinuitas?
5. buat kesimpulan
1. alirkan air melalui pipa L
2. lihat perbedaan ketinggian minyak pada selang
3. bagaimana tekanan pada pipa besar dan pipa kecil?
4. bagaimana kecepatan alir air pada pipa besar dan kecil menurut persamaan kontinuitas?
5. buat kesimpulan
ALAT PERAGA TEKANAN HIDROSTATIS
Teori Tekanan hidrostatis : tekanan
zat cair yang hanya disebabkan oleh beratnya sendiri Ph = ρ x g x h Ph =
tekanan hidrostatis ( Pa )
ρ= massa
jenis fluida ( kg/m3 )
g =
percepatan grafitasi bumi ( m/s2)
h =
ketinggian zat cair ( m )
Prosedur
Penggunaan Alat
1.Masukan air kedalam botol bekas yang sudah diberi lubang secara mendatar ( lubang pada botol tersebut sebelumnya sudah ditutup dengan plester ).
2.Buka plester sehingga air keluar dari botol.
3Amati jatuhnya pancaran air yang keluar dari lubang botol tersebut.
4.Ulangi untuk botol yang diberi lubang secara vertical ( lubang di atas dan bawah ).
5.Buat kesimpulan anda tentang tekanan air pada kedalaman yang sama ( lubang horizontal) dan kedalaman yang berbeda ( lubang vertical )
1.Masukan air kedalam botol bekas yang sudah diberi lubang secara mendatar ( lubang pada botol tersebut sebelumnya sudah ditutup dengan plester ).
2.Buka plester sehingga air keluar dari botol.
3Amati jatuhnya pancaran air yang keluar dari lubang botol tersebut.
4.Ulangi untuk botol yang diberi lubang secara vertical ( lubang di atas dan bawah ).
5.Buat kesimpulan anda tentang tekanan air pada kedalaman yang sama ( lubang horizontal) dan kedalaman yang berbeda ( lubang vertical )
ALARM DETEKSI GEMPA.
Bahan:
1. Bell pintu kabel (bukan wireless)
2. Kawat listrik halus (bisa dipakai dari kabel bell pintu)
3. Kawat (saya pakai dia 2 mm) (untuk dibuat ring/cincin)
4. Pipa paralon (PVC) (saya pakai 1,5” x 40 cm) (berguna sbg pelindung dari angin atau binatang seperti cicak)
5. Unting-unting* (yang diharapkan bergerak saat gempa)
6. Paku secukupnya
* alat tukang berguna untuk menentukan posisi vertikal, kadang disebut bandul aka. lot
Alat:
1. Palu
2. Tang
3. Gergaji
4. Lain2 yang diperluka
1. Bell pintu kabel (bukan wireless)
2. Kawat listrik halus (bisa dipakai dari kabel bell pintu)
3. Kawat (saya pakai dia 2 mm) (untuk dibuat ring/cincin)
4. Pipa paralon (PVC) (saya pakai 1,5” x 40 cm) (berguna sbg pelindung dari angin atau binatang seperti cicak)
5. Unting-unting* (yang diharapkan bergerak saat gempa)
6. Paku secukupnya
* alat tukang berguna untuk menentukan posisi vertikal, kadang disebut bandul aka. lot
Alat:
1. Palu
2. Tang
3. Gergaji
4. Lain2 yang diperluka
Tidak harus seperti ini yang penting prinsip kerja alat (bisa disesuaikan dengan bahan-bahan yang ada disekitar rumah). Prinsip kerjanya sama saja dengan menekan bell pintu, hanya saja saklar bell dimodifikasi untuk berbunyi saat goyangan unting menyentuh cincin.
Langkah-langkahnya silakan lihat foto2 dan diagram (tutorialnya pake gambar aja yach saya rasa sudah cukup dimengerti) di bawah ini:
Inilah Bahan-bahannya:
Bagian atas paralon tempat penggantung unting-unting:
Dan dibungkus dengan kotak:
Dengan memakai unting-unting yang berbentuk kerucut terbalik
itu, kita bisa mengatur tingkat sensitivitas dari alarm kita dengan menarik
atau menurunkan unting. Selain itu unting mempunyai berat yang cukup untuk
bergerak saat terjadi goyangan.
Yang perlu diperhatikan:
Yang perlu diperhatikan:
Unting dan kabel berbahan konduktor
seperti tembaga, besi dan lain-lain.
Unting2 dan kabel penggantungnya
harus bergerak bebas dalam pipa PVC maupun pada cincin kawat.
Bagian atas maupun bawah PVC
dibuatkan kotak untuk antisipasi gangguan angin dll (syukurnya saya punya kotak
dari plastik sehingga bisa mengontrol posisi unting tanpa harus membuka kotak).
Nada bell jangan sama dengan bell
pintu.
Tips
1. Baiknya cari nada seperti lagu, jadi agak lebih panjang.
1. Baiknya cari nada seperti lagu, jadi agak lebih panjang.
2. Pakai baterai alkaline supaya lebih awet.
3. Kotak pembungkusnya lebih baik transparan supaya
memudahkan pengecekan
MODEL HIDRAM
Fungsi
Alat
Model hidram merupakan salah satu alat yang dapat menunjukan
bahwa air dapat mengalir dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi apabila
diberi energi dan usaha.
Prinsip
Kerja Alat
Perhatikan gambar di atas.
Apabila bejana 1 ( botol
plastic ) kita isi dengan air, maka air akan mengisi selang mendatar dan selang
tegak pada keadaan ini, jika kita pijit botol pemijit secara serentak maka air
akan naik keluar mulut dari mulut ujung sedotan tegak. Hal ini dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Pada saat botol pemijit di
pijit secara serentak , air akan keluar dari botol pemijit akan diteruskan
melalui selang tegak dan selang mendatar sama besar. Air pada selang mendatar
di teruskan ke bejana karena volume bejana satu lebih besar dibandingkan volume
selang tegak, maka perubahan tinggi air dalam bejana satu sangat kecil,
sedangkan perubahan tinggi air pada selang tegak sangat besar. Selanjutnya
apabila air yang naik pada selang tegak ini kita tampung dengan bejana 2 yang
diletakkan diatas bejana 1, maka air akan mengalir ke bejana 2 ini. Dengan
demikian air bejana berpindah dari tempat yang lebih rendah ( bejana 1)
ketempat yang lebih tinggi. Naiknya air dikarenakan adanya usaha yang diberikan
dengan pemijatan pada botol pemijat.
ALAT
dan BAHAN
Alat dan bahan pokok yang diperlukan dalam perancangan Model
Hidram ini yaitu :
Botol
plastic besar ( botol aqua) ukuran 1,5 liter 2 buah
Selang
plastic transparan, ukuran diameter 0,6 cm, panjang 1 meter 2 buah
karet
penutup botol/ dibuat dari karet sandal jepit ( diameternya disesuaikan dengan
lubang botol )
Lem
Aibon secukupnya
Kawat
pengikat/ kawat botol, panjang kira-kira 30 cm
Paku
panjang 2,5 cm/ paku tripleks
Multriplek/papan
kayu ukuran :
panjang
25 cm, lebar 15 cm, tebal 1 cm ( 1 buah )
Panjang
25 cm, lebar 6 cm, tebal 1 cm ( 1 buah )
Panjang
40 cm, lebar 20 cm, tebal 1 cm ( 1 buah )
Botol
bekas suka ukuran 200 cc
Bentuk
wujud dan bagian – bagian Alat
Bentuk wujud model hidram yang akan dirancang, diperkirakan
seperti gambar
Langkah-langkah
perencanaan Alat
Adapun langkah – langkah perancangan alat dalam pembuatan
model hidram adalah :
- Siapkan botol aqua ukuran 1,5 liter 1 buah potong bagian dasar botol aqua tersebut
- Buatlah tutup botol berlubang di tengah dengan diameter penutup botol sedikit lebih besar dari pada mulut botolnya dan diameter lubang tengah tuutp botol sedikit lebih kecil dibandingkan diameter selang yang digunakan
- Masukkan selang pada lubang tengah penutup botol, dan kuatkan dengan pelekat/lem, kemudian pasangkan pada lubang botol
- Lubangi bagian selang mendatar, sambungkan selang tegak pada lubang tadi, pada ujung selang mendatar ini dipasang botol pemijit
- Siapkan papan kayu atau multripleks dan potong sesuai ukuran
- Susun dan pasangkan semua bagian alat yang telah dibuat seperti pada gambar 1.2
2. Uji coba Alat
Periksalah bagian sambungan selang mendatar dengan selang
tegak dan sambungkan antara selang mendatar dengan botol pemijit, selanjutnya
isilah botol 1 dengan air sambil memperhatikan aliran air pada selang, jika
tidak ada yang kebocoran, permukaan air pada selang tegak sama tingginya dengan
permukaan air yang ada di botol berarti ala sudah baik, Periksalah sekali lagi
keseluruhan dudukan selang dan bejana, apakah cukup stabil ( tidak goyang ) jika
tidak stabil hendaknya diperbaiki sampai benar – benar kuat
MENARA BANJIR
Prosedur
pembuatan Alat
Alat dan Bahan
Balok Kayu
( 0,5 m x 2 cm x 2 cm )
4 Batang
Balok
palang
( 10 cm x 2 cm x 2 cm ) 3
batang
Balok
palang
( 8 cm x 2 cm x 2 cm
) 3 batang
Balok
Palang
(6 cm x 2 cm x 2 cm )
3
Batang
Papan Penyangga
Balok Penyangga Alumunium
(penusuk)
2 Buah
Plat seng
( 2 cm x 6 cm
)
2 buah
Baterai 1,5
Volt
2 Buah
Lampu ( 3 warna
)
3 buah
Bel
Listrik
1 Buah
Kayu Penusuk ( 30 cm
)
1 buah
Gabus ( 10 x 5 cm
)
1 buah
Sedotan
Kabel Secukupnya
Paku secukupnya
Langkah-Langkah Perancangan
A. Persiapan Alat
1. Siapkan semua bahan sesuai dengan daftar bahan.
Persiapkan juga alat perkakasnya. Mulai dengan memotong ujung balok palang
menjadi separuh dengan panjang 2 cm
2. Membuat Lubang pada Balok peyangga Penusuk dengan diameter 3 cm yang akan ditempatkan didalam menara balok
3.Buat runcing kayu sepanjang 30 cm sebagai penusuk dengan diameter 0,5 cm dan tempel plat seng diujung atas kayu tersebut yang akan dipakai sebagai penyambung sakelar pada saat kayu penusuk melewati balok penyangga
4.
Buatlah balok menara dengan ujung bawahnya di buat kecil seukuran besar sedotan
plastik
Pemasangan Alat
1. Pasang alat seperti pada gambar 1.2
Rangkaian listrik untuk menara
Tempelkan lampu pada ujung kayu
Oleskan les/perekat pada ujung kayu yang
lain
Masukkan ujung kayu lain tadi pada salah satu ujung sedotan
Hubungkan kabel ke lampu, salah satu kabel dihubungkan ke lubang
Sedotan seperti pada gambar 1.4
Salah satu kabel lainnya dihubungkan ke kutub negatif baterei
Sedangkan kabel lainnya di hubungkan ke kutub positif, kemudian dihubungkan
ke lubang pada sedotan, seperti pada gambar.
Pasang alarm/ bel pada lampu merah
Pemasangan menara
Pasang balok palang pada salah satu balok kayu pada jarak 15 cm, , kemudian
salah satu ujung balok palang yang lain dipasang pada balok kayu yang lain,
sehingga membentuk huruf A, kemudian pasang lagi balok palang pada balok kayu
sehingga membentuk seperti menaran ( usahakan diatas pertemuan antara 3 ujung
balok kayu terdapat sela ( lubang ) , lihat gambar 1.5
Pasang balok palang yang kedua
pada jarak 15 cm (diukur dari palang I ) mengelilingi balok kayu seperti
pada palang pert
Pasang balok palang yang ketiga dengan jarak 10 cm dari palang kedua.
Pasang kayu menara yang sudah ada lampunya diatas lubang menara.
Tusukkan kayu penusuk ditengah gabus
Sedangkan ujung penusuk yang dipasang lempeng besi dipasang diujung sedotan
III. Uji coba Alat
Sediakan Ember, kemudian masukkan Menara Alarm
Masukkan air sedikit demi sedikit sehingga gabus terangkat naik
Amati apakah gabus mampu menganggkat kayu penusuk tersebut
Ketika gabus terangkat naik, amati nyala lampu hijau, kuning dan merah
Apakah alarm akan nyala/bunyi
ketika lampu merah menyala
PEMBUATAN MODEL PLTA SEBAGAI ALAT PEMBELAJARAN FISIKA
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran Fisika merupakan mata pelajaran yang kurang diminati siswa karena memiliki tingkat kesulitan pemahaman yang tinggi. Padahal Fisika merupakan ilmu dasar yang tidak boleh tidak harus dikuasai, untuk mencegah ketinggalan kita, bangsa Indonesia, di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, Fisika harus ditanamkan secara mendalam kepada seluruh siswa.
Salah satu upaya untuk menumbuh kembangkan minat dan simpati siswa untuk men-cintai Fisika adalah dengan membuat alat peraga / model perangkat teknologi sederhana meng-gunakan konsep Fisika. Dengan alat peraga memungkinkan guru melakukan demontrasi atau peragaan untuk konsep-konsep tertentu dalam pelajaran Fisika. Melalui demontrasi/peragaan dapat lebih memotivasi siswa untuk belajar dan menerapkan keterampilan proses.
1.2. Tujuan Pembuatan Alat Peraga
Tujuan pembuatan model/alat peraga ini adalah :
-menjadikan siswa lebih tertarik dan aktif mengikuti kegiatan pembelajaran
-meningkatkan pemahaman/penguasaan materi dan kemampuan berfikir ilmiah siswa.
-memotivasi siswa agar dapat menerapkan konsep
-memotivasi siswa agar dapat merancang sejumlah model alternatif, membuat dan mengerjakan model, menguji model dan menyempurnakan model.
1.3. Dasar Penggunaan Media Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar
Menurut hasil penelitian di bidang psikologi belajar seperti yang dilaporkan Direktorat Sarana Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1991) menunjukkan bahwa hasil belajar manusia adalah :
1 % dari indera perasa (testa)
1,5 % dari indera peraba (touch)
3,5 % dari indera pencium (smell)
11 % dari indera pendengar (hearing)
83 % dari indera penglihatan (sight)
Sedangkan kemampuan manusia untuk mengingat adalah :
20 % dari yang dibacanya
30 % dari yang didengarnya
40 % dari yang dilihatnya
50 % dari yang dilihat dan didengarnya
60 % dari yang dikatakannya
90 % dari yang dikatakan dan dikerjakannya
Dari hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa perpaduan aspek verbal dan visual dalam suatu proses belajar mengajar memungkinkan seseorang menunjukkan kemampuan mengingat yang relatif tinggi. Dalam hubungannya dengan usaha peningkatan mutu pendidikan, penggunaan media pendidikan ini tampaknya mutlak dilaksanakan baik oleh guru maupun para pengelola pendidikan lainnya.
Dalam pembuatan model/miniatur untuk suatu proses, mula-mula barangkali sulit, tetapi tantangan menemukan bagaimana melakukan hal itu akan menghasilkan wawasan yang mendalam dan memori jangka panjang. Konfusius berkata : “Saya dengar dan saya lupa. Saya melihat dan saya mengetahui. Saya melakukan dan saya ingat. ”
Semakin banyak siswa dapat melihat, mendengar, mengatakan dan melakukan sesuatu, semakin mudah sesuatu dipelajari.
1.4. Pengertian Media Pendidikan dan Alat Peraga
Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ’tengah’, ’perantara’, atau ’pengantar’. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. AECT (Association of Education and Communication Technology, 1977) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan utnuk menyampaikan pesan atau informasi. Disamping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator menurut Fleming (1987 : 234) adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator, media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar, yaitu siswa dan isi pelajaran. Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran. (Arsyad, 2003 : 3)
Sedangkan Alat Peraga oleh Ditsardik Depdikbud (1980) diartikan sebagai “ Alat yang dapat dipertunjukkan/diragakan dalam KBM dan berfungsi sebagai pembantu untuk memperjelas suatu konsep ide atau pengertian contoh benda.”
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi II, Depdikbud, Balai Pustaka, 1995, mengartikan Model sebagai “barang tiruan yang kecil dengan bentuk (rupa) persis seperti yang ditiru.”
1.5. Fungsi Media
Levie & Lentz mengemukakan empat fungsi media pengajaran, khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, dan (d) fungsi kompensatoris.
Fungsi atensi media merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk ber-konsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar.
Fungsi kognitif media visual yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
Fungsi kompensatoris media pengajaran memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pengajaran berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal. (Arsyad, 2003 : 16)
1.6. Manfaat Media
Manfaat media menurut Kemp & Dayton, yaitu sebagai berikut :
1.Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau mendengarpenyajian melalui media menerima pesan yang sama.
2.Pengajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian danmembuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan
3.Pembelajaran menjadi lebih interaktif.
4.Lama waktu pengajaran yang diperlukan dapat dipersingkat.
5.Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan.
6.Pengajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau diperlukan.
7.Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.
8.Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif. Beban guru untuk penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi bahkan dihilangkan. (Arsyad, 2003 : 22)
1.7. Kriteria Pemilihan Media
Kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan. Untuk itu ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media, yaitu :
1. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
2. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara afektif, media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa.
3. Praktis, luwes, dan bertahan. Kriteria ini menuntun para guru/instruktur untuk memilih media yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru. Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan dimana pun dan kapan pun dengan peralatan yang tersedia disekitarnya, serta mudah dipindahkan dan dibawa kemana-mana.
4. Guru terampil menggunakannya. Ini merupakan salah satu kriteria utama. Apa pun media itu, guru harus mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran.
5. Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. Ada media yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil, dan perorangan.
6. Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya, visual pada slide harus jelas dan informasi atau pesan yang ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen lain yang berupa latar belakang. (Arsyad, 2003 : 72)
BAB II
PEMBUATAN ALAT
2.1. Pembuatan Alat
Sebagai contoh model/alat peraga teknologi sederhana adalah miniatur PLTA .
Model PLTA ini adalah aplikasi konsep induksi magnetik.
2.2. Alat dan Bahan yang dibutuhkan
-Papan rangkaian
-Kincir kayu dengan karet penghubung
-Model kincir air dengan engkol pemutar
-Bola lampu 2,5 V sebagai indicator
-Model generator listrik
-Model rumah
-Kabel secukupnya
-Pompa air akuarium
2.3. Prosedur Pembuatan
Rangkaian disusun seperti pada gambar di bawah ini :
Keterangan Gambar :
Model kincir dianalogikan sebagai turbin air
Model generator dimanfaatkan untuk membangkitkan arus
Motor listrik dianalogikan sebagai mesin diesel pada PLTD
Bola lampu digunakan sebagai indikator
Dalam pelaksanaannya pembuatan model/alat peraga teknologi sederhana ini diintegrasikan sesuai dengan pokok bahasan yang sedang diberikan.
Model/alat peraga teknologi sederhana yang dibuat di kelas ini hanyalah sebagai contoh aplikasi konsep Fisika yang masih perlu dikembangkan.
Kegiatan siswa diterapkan dengan titik tolak pada bagaimana menyediakan kegiatan pembelajaran dengan memperlakukan siswa sebagai ahli teknologi muda. Karena itu, kegiatan teknologi dicirikan dengan memberi peluang siswa untuk berfikir alternatif sehingga diperoleh temuan aneka solusi, merancang model pemecahan , menyempurnakan model, mengkomunikasikan karya temuan. Untuk keperluan ini, strategi kegiatan pemecahan masalah ditentukan oleh siswa sendiri.
Yang perlu diperhatikan dalam kegiatan ini :
1.Sedapat mungkin model/alat peraga ini di buat oleh siswa secara berkelompok.
2.Agar waktu menjadi efisien, diusahakan kegiatan di kelas hanya merakit alat/bahan yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
3.Sebelum melakukan kegiatan, guru menjelaskan konsep/sub konsep yang diaplikasikan.
4.Selama kegiatan berlangsung , siswa berpedoman kepada petunjuk pembuatan (dapat juga sekaligus melakukan penelitian proses). Sedangkan guru membantu dan membimbing kelompok yang mengalami hambatan serta bertindak sebagai motivator.
5.Setelah selesai merangkai model/alat peraga, tiap kelompok di beri kesempatan untuk mem-perlihatkan unjuk kerja alat/model yang dibuat oleh kelompoknya masing-masing.
6.Pada akhir kegiatan, guru menekankan kembali konsep/sub konsep yang digunakan dalam model/alat peraga.
2.6. Penilaian
Penilaian Fisika dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti tes perbuatan, tes tertulis, penugasan (proyek), portofolio, ataupun hasil kerja (produk). Dengan demikian, lingkup penilaian Fisika dapat dilakukan baik pada hasil belajar (akhir kegiatan) maupun pada proses pembelajaran. Hasil penilaian dapat diwujudkan dalam bentuk nilai dengan ukuran kuantitatif maupun dalam bentuk komentar deskriptif kualitatif
BAB III
KESIMPULAN
Kegiatan Pembuatan Model Pembangkit Listrik Tenaga Air sebagai Alat Peraga dalam Proses Belajar Mengajar Fisika berfungsi untuk :
1.Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah yang diawali dengan kemampuan mengenali masalah dan berlanjut dengan kemampuan berfikir alternatif, menerangkan konsep, merancang model, membuat model, menguji model, dan merencanakan model.
2.Mengembangkan kemampuan siswa berfikir dan bertindak kreatif.
3.Meningkatkan motivasi /gairah belajar siswa dan sifat ingin tahu.
4.Memperjelas informasi dalam proses belajar mengajar
5.Meningkatkan efektivitas penyampaian.
6.Memberi informasi tambahan yaitu melengkapi atau memperkaya informasi yang diberikan guru.
7.Menjadikan pendidikan lebih produktif karena media pengajaran dapat memberikan pengalaman yang tidak dapat diberikan guru dan membuka cakrawala pengetahuan yang lebih luas.
8.Menambah pengertian nyata tentang suatu pengertian atau pengetahuan.
9.Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif siswa.
10.Memungkinkan siswa dapat berinteraksi langsung dengan lingkungannya.
11.Memberi kesan perhatian individu untuk seluruh anggota kelompok belajar.
12.Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan.
13.Menyajikan informasi belajar secara serempak (mengatasi waktu dan ruang)
MERIAM
Meriam merupakan alat/media
pembelajaran yang digunakan sebagai alat pelontar dalam pelaksanaan praktikum
mata pelajaran Fisika, khususnya materi Gerak Pabola
Alat ini terdiri
dari beberapa komponen sebagai berikut :
A. Bagian
Pendukung
- Penopang : merupakan bagian yang berfungsi sebagai tempat berdririnya meriam dan tempat untuk menancapkan pasak kawat penyangga.
- Kawat penyangga : merupakan batang kawat yang berfungsi sebagai penyangga posisi kemiringan meriam yang posisinya dikuatkan menggunakan pasak.
- Busur : merupakan busur derajat yang berfungsi untuk mengukur/menentukan besarnya sudut kemiringan (elevasi) dari meriam.
B. Bagian inti ( Meriam )
--> Merupakan modifikasi dari Atraktor
1. Selongsong
: merupakan tabung dari logam yang berfungsi sebagai wadanh bagi pegas
pelontar.
2. Pegas
: terbuat dari baja yang berfungsi sebagai pelontar/pendorong
3. Bilah
pelontar : terbuat dari logam berfungsi sebagai perpanjangan dari pegas
yang berfungsi sebagai pendorong/pelontar peluru/kelereng
4. Pemicu
: merupakan tombol yang berfungsi sebagai pengunci posisi meriam
(pelontar) sebelum di tembakkan.
C. Alat Tambahan
1. Kelereng
ukuran sedang sebagai peluru
2. Mistar/penggaris
(min 150 cm)
MEKANISME KERJA ( PENGGUNAAN )
1. Tentukan
sudut kemiringan (elevasi) yang akan digunakan, kemudian kokohkan posisi
kemiringa dengan menggunakan penopang (kawat dan pasak)
2. Tekan
bilah pelontar sampai terdengar “klik” yang menandakan meriam dalam posisi terkunci
dan siap tembak/lontar
3. Tepatkan
peluru (kelereng) di ujung bilah pelontar
4. Tekan
tombol pemicu
5. Amati
dan tentukan/tandai tempat jatuhnya kelereng, kemudian ukur dengan menggunakan
mistar dari pasak penopang sampai tempat jatuhnya kelereng
6. Catat
hasil pengamatan dalam tabel hasuil pengamatan
cukup sekian dan terimakasih,,,,, :)
sumber : https://www.google.com/search?q=media+pembelajaran+fisika&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a
maaf mas, kalau bisa masukan referensi mengambil gambarnya di blog mana, nanti yang punya marah
ReplyDeleteMas bisa minta cara pembuatan meriam sederhananya mas
ReplyDeleteMohon izin mengcopy....terimaksih atas ilmunya semoga selalu sukes
ReplyDeleteMinta izin mengcopy, dan makasih banyak informasinya.
ReplyDeleteSelain menjadi media pembelajaran, kegiatan ini juga menjadi media pengembangan diri. Sangat menarik. Jangan lupa lihat juga situs kami Golife
ReplyDeleteTerimakasih sebelumnya. siopung
Delete